Tak Ada Kata Terlambat Untuk Belajar Memasak

September 26, 2017

"Kalau suamimu minta dimasakin sesuatu ditengah malam ,gimana?" Tanya ibu


Pertanyaan ini benar-benar menohok, biasanya saya menjawab 'tinggal beli saja' Tapi karena ada kata tengah malam, *sengaja diboldkan. Saya kelimpungan bahkan tidak bisa menjawab sebab  akan sulit menemukan tempa makan yang buka 24 jam.

Pertanyaan ini diajukan oleh ibu menjelang saya menikah, lebih tepatnya 3 Bulan jelang hari H. Maksudnya biar saya mau belajar memasak. Ada kekhawatiran yang merasuk tapi kesibukan mempersiapkan pernikahan membuat saya mengenyampingkan memasak.

Saya percaya si uda bisa menerima kekurangan itu dan jika masanya tiba saya pasti bisa memasak. Setiap wanita bisa memasak asalkan ada kemauan mencoba, apalagi dizaman sekarang ini. Google tak pernah tidur, semua tutorial ada termasuk resep masakan.

Selain itu semua bumbu tersedia dan ngak harus ngulek, tinggal beli saja. Kalau untuk ini saya lebih milih bikin sendiri dengan diblender, karena pengetahuan memasak saya lumayan. Masih bisa bedakan mana ketumbar dan merica, tau mana Laos dan jahe.




Setelah menikah kami merantau dan mulailah drama memasak. Kesibukan kerja membuat saya lebih sering membeli dan beruntung suami tidak mempermasalahkannya.

Memasak bukan keharusan tapi saya merasa belum menjadi istri yang saliha,  bukankah istri punya kewajiban pada mata, perut dan kemaluan suaminya.

Jika tidak capek sepulang kerja saya menyempatkan memasak tentunya dengan menu sederhana. Dan untuk rasa masih minimal walaupun begitu saya tidak mau mengakali dengan penyedap, bagi saya memasak itu bukan sekedar lepas kewajiban saja.Tapi sebagai bentuk koreksi untuk kekurangan dan ingin memperbaiki sehingga bisa menjadi lebih baik.

Apalagi setelah membaca sabda rasul: tiada makanan yang lebih baik daripada hasil usaha tangan sendiri (HR Bukhari)

Si uda tetap memakan masakan yang minimalis itu padahal bisa membeli, menurutnya ada rasa yang terselip didalam masakan itu. *Hadeh lumer hati ini.

Rasa masakan akan berubah menjadi lebih baik jika sering memasak, jadi ingat pepatah minang lanca jalan karena ditampuah pasa kaji karena diulang. Artinya semakin sering maka akan makin mahir.

Memasak untuk suami bagi saya sebagai upaya untuk penyempurnaan diri ,tidak ada tuntutan tapi saya ingin jadi muslimah yang lebih baik. Menyenangkan hati dalam hal memasak merupakan ladang pahala untuk istri.

Pelan tapi pasti memasak jadi kebiasaan rasanya ada yang kurang jika tidak melakukannya.
Ibu merupakan inspirasi walaupun bekerja diluar rumah tapi tidak menjadikan halangan untuk memasak. Malahan menu yang dibuat beliau tidak sederhana, itu bisa terwujud asalkan punya manajemen waktu.

Tantangan dalam memasak itu banyak dimulai dari tidak percaya diri, kesibukan, kemalasan dan kerepotan yang ditimbulkannya. Kesemua itu harus dihadapi dengan cara mengubah mindset. Bukankah sebagai muslimah kita harus jadi lebih baik setiap hari.

Memasak setiap hari untuk suami merupakan bentuk saya memperbaiki diri ,upaya menjadi lebih baik dengan berhijrah. Yuk memperbaiki diri kita dimulai dari hal yang sederhana seperti saya yang mulai rutin memasak.

Memasak itu seru sebab didalamnya kita bisa bereksperimen loh,campur ini dan itu dengan takaran tertentu. Tidak salah jika ada yang menganggapnya sebagai seni, sayangnya mulai sekarat karena merasa nyaman dengan pesan makanan.

You Might Also Like

1 komentar

Hai... silahkan tinggalkan pesan dan tunggu saya approve ya...
terima kasih udah berkunjung

sosial media

LinkedIn

Join

KSB

Total Pageviews

Kelas Growth dari Growthing.id*