Thursday 27 September 2018

Memaximalkan Peran Posyandu Sebagai Pencegah Stunting


Semasa kuliah untuk lebih mahir kami praktek ditempat pelayanan kesehatan seperti RS, Puskesmas dan rumah bidan. Dari kesemua itu saya menyukai di puskesmas karena ada kegiatan posyandu.

Kegiatan posyandu dinanti karena bisa banyak mempraktekkan materi yang telah dipelajari seperti ANC, imunisasi, keluarga berencana, tumbuh kembang anak dan gizi.

Kegiatan gizi yang dilakukan diposyandu meliputi penyuluhan dan pemberian makanan tambahan (PMT) untuk anak. PMT diberikan oleh kader dengan tujuan untuk mengajarkan tentang makanan kudapan (snack ) yang baik dan bergizi untuk membantu mencukupi kebutuhan gizi bayi dan balita.

PMT ini diberikan untuk anak yang tidak cukup pertumbuhannya (kurang dari 200 gram/ bulan) dan anak yang berat badannya berada di bawah garis merah KMS.

Adapun jenis makanan yang diberikan berupa biskuit ,bubur  sumsum ,pisang rebus dan telur bebek rebus. Makanan tersebut dipilih karena aman dan mengandung gizi yang baik sesuai dengan kebutuhan sasaran .

Stunting masalah kita semua 


Keaktifan ibu mengikuti posyandu mampu untuk mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan anaknya. Salah satu masalah kesehatan yang terjadi pada anak adalah stunting. Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama.

Masalah kurang gizi kronis ini akan memberikan dampak pendek dan panjang.  Terganggunya perkembangan otak, membuat anak tidak cerdas ,gangguan pertumbuhan fisik (kerdil) dibandingkan teman sebayanya merupakan dampak pendek. Sedangkan dampak jangka panjang menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh.

Permasalahan kesehatan gagal tumbuh ini dapat diketahui dengan segera jika rajin posyandu.   Sayangnya banyak ibu yang berhenti mengikutinya saat anak sudah khatam imunisasi dasar. Padahal hasil dari pengukuran tubuh anak bisa menentukan status gizinya.

Cara yang digunakan untuk penilaian status gizi anak adalah antropometri. Hasil pengukuran dari berbagai macam ukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh akan menunjukkan ketidakseimbangan asupan protein dan energi. 

Dimensi tubuh yang diukur, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal
lemak di bawah kulit.

Cara untuk mengetahui balita terkena stunting dengan penimbangan berat badan dan pengukuran panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasilnya berada dibawah normal.

Kejadian stunting mulai terjadi saat janin masih dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama Kelahiran). Biasanya, seorang anak yang lahir dalam kondisi stunting akan berlanjut dalam masa tumbuh kembangnya. Tidak menutup kemungkinan anak lahir dengan berat badan normal dapat mengalami stunting bila pemenuhan kebutuhan selanjutnya tidak terpenuhi dengan baik.

Gangguan gizi ini akan tampak saat anak berusia 2 tahun.  Jika anak rajin dibawa ke posyandu maka data pertumbuhan dan perkembangannya akan tercatat. Saat anak tidak sesuai harapan dalam tumbangnya bisa segera diatasi.

Ahli gizi sekaligus Kepala Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Universitas Indonesia (UI) Ahmad Syafiq mengatakan "stunting akan menghambat pertumbuhan otak anak, yang mana seharusnya dalam tiga tahun pertama kehidupan dapat mencapai 80%. Jika dibiarkan akan memengaruhi kualitas dan kuantitas SDM yang mampu berkembang dan berkontribusi untuk bangsa ini.

Penyebab stunting  langsung adalah karena kurang asupan gizi dalam waktu lama disertai infeksi penyakit. Ini bisa terjadi dari faktor ibu dan balita.

Penyebab ibu kurang gizi selama hamil adalah menderita infeksi , anemia,  kehamilan  remaja, atau dengan gangguan mental.
<1 anak="" asupan="" biasanya="" diakibatkan="" didapatkan="" gizi="" masalah="" oleh="" p="" rendah="" tahun="" yang="">
Sedangkan penyebab tidak langsung adalah 

  • ketahanan pangan keluarga
Ketidakmampuan membeli serta kurangnya pengetahuan keluarga dengan makanan bergizi serta pantangan yang diturunkan secara turun temurun.  Contohnya adalah tidak makan ikan setelah nifas karena takut amis. 
Hal lain uang menarik adalah stunting dialami juga oleh kelompok ekonomi menengah keatas. 

  • pola asuh
tidak mendapatkan ASI eksklusif dan tidak adekuat MpASI . Kurangnya pengetahuan tentang gizi menyebabkan tidak ada keragaman pangan dan sumber protein hewani. Dan hal ini akan berpengaruh dalam pola asuh anak

  • kesehatan lingkungan yaitu kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. 
 Jika stunting pada umur lebih dari 1 tahun penyebabnya bisa berasal dari infeksi atau sanitasi.

  • pelayanan kesehatan  masih minim termasuk layanan ANC-Ante Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) dan Post Natal Care . 
Pemerintah harus menyediakan dan mendekatkan pelayanan berkualitas yang terjangkau oleh masyarakat termasuk rujukannya . Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau adalah poskesdes yang diisi oleh bidan desa yang melayani ibu hamil. 

Tak ada kata terlambat begitu juga dalam  menghadapi masalah gizi termasuk stunting.  Dikutip dari situs dinkes.inhukab.go.id "stunting pada anak di bawah tiga tahun atau pada 1.000 hari pertama sulit untuk diperbaiki. Namun, ada harapan bisa diperbaiki ketika masa pubertas, tergantung bagaimana orangtua memaksimalkan asupan nutrisinya"demikian pernyataan dari Dr. dr Damayanti  R Sjarif, Sp .A(K )  dokter spesialis anak konsultan nutrisi dan penyakit metabolik

Artinya orang tua harus melakukan catch-up growth (tumbuh kejar)  dengan memberikan nutrisi penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anaknya.

Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 terjadi peningkatan anak stunting sebesar 37,2% dibandingkan pada tahun 2010 yaitu 36,8%. Data lain yang mengkaji dan menjadi acuan adalah pemantauan Status Gizi (PSG) 2017, gizi kurang sebesar 17,8%, stunting 29,6%, dan kurus 9,5%.

Dari diatas menyatakan balita stunting prevalensinya  masih tinggi, melebihi batasan yang ditetapkan WHO yaitu sebesar 20%. Akibatnya  Indonesia  masuk ke dalam lima besar dunia untuk masalah stunting.

 Penelitian Ricardo dalam Bhutta tahun 2013 menyebutkan balita stunting berkontribusi terhadap 1,5 juta (15%) kematian anak balita di dunia dan menyebabkan 55 juta anak kehilangan masa hidup sehat setiap tahun.Masalah serius ini harus secepatnya diselesaikan.

Stunting merupakan permasalahan kesehatan yang paling mendasar harus segera diselesaikan serta mendapatkan perhatian khusus karena bisa terjadi di pedesaan dan perkotaan.

Posyandu sebagai upaya mencegah stunting


Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Jika SDMnya lemah dalam hal intelektualitasnya maka  maka bangsa itu akan tertinggal.

Pemerintah menyadari untuk menciptakan Indonesia sehat perlu kerjasama yang melibatkan swasta dan masyarakat . Termasuk penanganan stunting yang dilakukan secara luas serta spesifik .

Penanganan stunting sudah luas tidak lagi terbatas pada pemberian makanan tambahan tapi juga dengan mencari penyebabnya serta membangun lingkungan yang baik bagi tumbuh kembang anak.

Selama ini pemberian makanan tambahan dilakukan secara spesifik yaitu berhubungan langsung dengan gizi, misalnya suplementasi mikronutrien pada bayi dan balita. Kemudian ada pula suplementasi pada ibu hamil, yaitu melalui tablet tambah darah.

Upaya lain yang dilakukan pemerintah diantaranya gerakan ‘Seribu Hari Pertama Kehidupan’. Gerakan ini diluncurkan pada bulan September 2012, bertujuan mempercepat perbaikan gizi untuk memperbaiki kehidupan anak-anak Indonesia di masa mendatang.

Contoh kerjasama yang dilakukan pemerintah dalam rangka mengatasi gagal tumbuh adalah mendayagunakan  posyandu . Ini merupakan merupakan solusi yang utama dalam program nasional pencegahan stunting.

Posyandu merupakan salah satu upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).Tempat pelayanan kesehatan dasar ini  diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan.

Keberadaan posyandu sangatlah penting sebab dekat dengan lingkungan masyarakat dan dalam pelaksanaan kegiatannya itu ada keterpaduan. Artinya peserta baik itu ibu hamil dan anak tidak bisa "loncat" dari satu meja ke meja lain. Mereka harus melewati setiap meja yaitu pendaftaran, penimbangan,pencatatan,penyuluhan dan pelayanan kesehatan.

Posyandu tidak bisa lepas dari kader, mereka inilah yang menjadi perpanjangan dari tenaga kesehatan. Cakupan mereka luas karena lebih kenal karakter masyarakat disekitarnya. Dan tidak menutup kemungkinan merekalah yang pertama akan menemukan kasus stunting. Ini akan terjadi jika kadernya  ditingkatkan kapasitasnya, salah satunya melalui seminar. Jadi mereka akan selalu update segala hal tentang kesehatan.

 Selain mendayagunakan posyandu cara pencegahan  stunting dengan :
1. Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, terutama dalam memenuhi suplementasi zat besi untuk mencegah anemia.

2. ASI Eksklusif sampai usia anak 6 bulan dan pemberian MPASI setelah 6 bulan yang cukup jumlah dan kualitasnya.

3. Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi serta menjaga lingkungan.

4.peningkatan pengetahuan masyarakat tentang makanan bergizi

Upaya menurunkan stunting harus dilakukan pada semua wilayah di Indonesia, maka pada tahun 2018 dilakukanlah di 100 kabupaten dengan tingkat stunting yang tinggi. Jumlah kabupaten akan ditingkatkan menjadi 160 kabupaten pada 2019, 390 kabupaten pada 2020, dan akhirnya seluruh 514 kabupaten dan kota pada 2021.

Pemerintahpun tak bisa bekerja sendiri sehingga harus  bekerjasama dengan pihak swasta salah satunya dengan blogger sebagai muara penyebar informasi.

Sumber ;
https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160218202959-255-111943/stunting-prioritas-utama-masalah-gizi-indonesia

http://www.depkes.go.id/article/view/18052800006/ini-penyebab-stunting-pada-anak.html

https://www.idntimes.com/health/fitness/fitriani-sudrajat/fakta-miris-stunting-ini-bikin-kamu-sadar-untuk-jalani-hidup-sehat-c1c2
https://m.mommyasia.id/2673

www.depkes.go.id/pusdatin/infodatin/situasi-balita-pendek-2016.

www.tnp2k.go.id/

1 comment:

  1. Optimalisasi peran posyandu dalam pencegahan stunting harus didukung peran akif kader posyandu

    ReplyDelete

Hai... silahkan tinggalkan pesan dan tunggu saya approve ya...
terima kasih udah berkunjung