Tuesday 30 August 2016

Merdekakan Diri Dari Pertanyaan "Kapan"

Pertanyaan  "Kapan "takkan pernah berhenti dalam siklus hidup ini . Tamat SMA akan ditanya kuliah, beberapa tahun kemudian akan ditanya kerja?
Ketika teman seangkatan mulai menggenapkan setengah agamanya maka pertanyaan baru datang lagi -kapan menikah?

Euforia menikah lewat trus ada lagi pertanyaannya  punya anaknya? . Umur  anak baru beberapa tahun  pertanyaan untuk Kapan manambah anak  ? Anak udh besar , kapan anak sekolah ?. Begitulah seterusnya siklus kehidupan ini  yang dijalani dengan pertanyaan kapan

Jika hidup adalah perlombaan dan pertanyaan kapan sebagai alat ukurnya , dan item seperti kuliah, kerja, menikah, punya anak, menambah anak dan anak masuk sekolah sebagai variabelnya maka akan banyak orang yang menjadi stress karenanya. 

Pertanyaan kapan tidak cocok ditanyakan pada semua orang , orang dengan tipe perasa akan merasa pertanyaan yang diajukan kepadanya sebagai pukulan telak apalagi jika ada pembandingnya yaitu orang disekitarnya. 

Tanpa ditanya "Kapan " itu sudah membuat tidak nyaman orang tersebut. Tidak semua orang bisa tenang, ada yang berpura-pura baik-baik saja  seolah tanpa beban dalam hidupnya padahal  ketika ada pertanyaan "Kapan" itu terasa menyakitkan.

Pertanyaan kapan seolah menvonis orang itu tidak berusaha untuk mencapainya bahkan dianggap lalai.

Kata"Kapan "menjadi sebuah momok. Ketika acara berkumpul keluarga serasa neraka dunia, apalagi jika punya sepupu yang sebaya dan takdir baik sering berpihak padanya.

Situasi yang paling membosankan pertanyaan diajukan tanpa sadar melukai hati dan kalau bisa menghilang saat itu juga, sayangnya sering terjebak dan memaksa hati untuk menikmati pertanyaan "Kapan" serta melihat keberhasilan orang lain. Bukannya iri tapi kadangkala keberuntungan terlalu banyak Tuhan kasih kepada orang lain, sedangkan kita belum sampai ditahap itu. Lalu mau apa menggungat Tuhan?  

Sampai saat ini saya masih tidak nyaman dengan kata Kapan, padahal sudah mempersiapkan diri dengan menanamkan keyakinan semua yang terjadi itu takdir tuhan dan setiap orang akan ada masanya mencapai setiap step seperti bekerja, menikah , punya anak, menambah anak dan anak masuk sekolah. Sebagai manusia ada masanya bisa tenang dan ada juga larut dengan pertanyaan kapan serta merasa gagal terutama ketika belum dapat kerja. 

Akibat pernah merasakannya dan sampai saat ini belum semua step dalam hidup tercapai, maka tidak berani bertanya Kapan kepada  orang lain. Tidak semua orang bisa tahan dengan pertanyaan ini.

Jangan salahkan orang akan berubah sikap ketika bertemu kita atau malahan menghindar.  Daripada bertanya dengan maksud kepo dengan urusan orang lain lebih baik Merdekan diri dari menyakiti orang lain dengan pertanyaan itu.

Merdeka tidak hanya soal negara tapi juga soal perasaan orang lain. Jika merasa peduli jangan hanya bisa bertanya "kapan" lebih baik membantu berusaha agar apa yang ditanyakan kepada orang itu bisa tercapai paling tidak bantu doa semoga orang itu bisa mencapai keinginannya  .
Jadi intinya mari sama -sama merdekakan dirimu dan #stoptanyakapan